Rabu, 30 November 2016

Dibawah Kibaran Merah Putih, kami Putuskan Untuk Melawan

Tags

Ferdinand Hutahaean

JAKARTA, SHRI.com - Tinggalkan ayah tinggalkan ibu, Izinkan kami pergi berjuang, dibawah kibaran sang merah putih, majulah ayolah maju menyerbu..serbu Itu sepenggal nyanyian pembakar semangat yang sering dinyanyikan tentara saat latihan-latihan tempur dan menjadi penyemangat dalam setiap melakukan operasi. Lagu ini jugalah yang kami harapkan bisa menjadi pembakar semangat untuk para pejuang yang melawan ketidak adilan saat ini.

Melihat para pejuang yang datang dari seluruh sudut negeri dan lorong-lorong perlawanan menuju Jakarta adalah fakta tak terbantahkan bahwa penistaan agama yang diduga dilakukan tersangka Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah menjadi api revolusi yang tidak bisa dianggab main-main atau dipandang sebelah mata oleh rejim berkuasa. 

Massa yang berjalan kaki sejauh ratusan kilometer seperti yang dilakukan para mujahid dari Ciamis bukan sekedar sensasi atau gagah-gagahan. Mereka para Mujahid itu datang dengan dorongan iman dan keyakinan teguh membela aqidah yang dianutnya. Datang ke Jakarta untuk berjihad, bukan sekedar datang dan berdoa setelah itu pulang. 

Indonesia dalam perlawanan

Menurut, Pimpinan Komisi Rumah Amanah Rakyat, Ferdinand Hutahaean, Seluruh sudut kota negeri ini mengirimkan para pejuang datang ke Jakarta untuk menuntut penegakan hukum yang adil, sama terhadap semua pihak, serta tidak diskriminatif apalagi rekayasa. Mereka adalah simbol perlawanan kepada ketidak adilan yang dilakukan oleh penguasa. 

"Mereka adalah bukti nyata Indonesia sedang melakukan perlawanan terhadap penguasa yang tidak meletakkan hukum diatas segala kepentingan. Mereka bukan pemecah belah NKRI, mereka bukan separatis, mereka bukan kaum intoleran, mereka bukan kaum radikal dan mereka bukan massa makar." Ungkap Ferdinand Hutahaean, Kamis (1/12/2016) kepada shri.com 

Dijelaskan, Tapi mereka adalah para pemilik sah republik ini yang menuntut penegakan hukum kepada terduga penista agama bernama Ahok. Langkah-langkah yang dilakukan penguasa seperti Parade Kebinekaan dan Apel Kenegaraan justru kontraproduktif untuk menyelesaikan kemelut bangsa yang timbul saat ini. 

Langkah yang positif namun kontraproduktif karena kesan yang muncul adalah adanya pengotak-ngotakan antara kaum toleran dengan kaum intoleran. Sungguh kekeliruan mendalam yang dilakukan oleh penguasa, niat menyelesaikan masalah namun dengan cara yang salah. Bahkan saat ini beredar ajakan aksi 412 Hari Minggu di Car Free Day dengan tema Kita Indonesia. 

"Jelas ini seperti mengolok-olok rasa umat Islam. Seolah-olah umat Islam yang menuntut penegakan hukum pada penista agama itu adalah musuh kebangsaan. Padahal musuh kebangsaan dan musuh toleransi sesungguhnya adalah si penista agama bukan umat Islam," Jelas Ferdinand Hutahaean.

Adu domba ala PKI dan Penjajah

Selain itu menurut dia, Rakyat diadu domba. Anak-anak bangsa diadu domba. Pertanyaan, siapa yang mengadu domba? Adu domba adalah ciri khas yang dilakukan PKI dan penjajah selama ratusan tahun. Tidak sulit menduga siapa pihak yang melakukan adu domba ini. 

"Adu domba adalah cara-cara Komunis dan bangsa asing penjajah supaya bisa mengkooptasi bangsa Indonesia. Publik tentu tahu negara mana yang jadi sumber Komunis dan negara mana yang saat ini gencar menyerbu Indonesia," ujarnya.

Kami Putuskan Untuk Melawan

Ferdinand Hutahaean menegaskan, Atas pembiaran yang dilakukan oleh penguasa terhadap kekacauan bangsa ini, dan bahkan patut diduga tangan kekuasaan bekerja untuk melindungi sumber konflik sesungguhnya, yaitu sipenista agama, maka bagi kami, yang terancam saat ini adalah keutuhan bangsa dan Negara, Indonesia terancam dihancurkan oleh kekuatan komunis dan neo kolonialisme. 

"Setiap ancaman kepada negara akan kami respon, maka kami putuskan dibawah kibaran Merah Putih kami akan melawan. Rakyat bersama TNI akan menjaga keutuhan bangsa dari ancaman adu domba dan perusakan bangsa oleh golongan komunis dan kaum penjajah baru," Tegasnya.

"Indonesia Tanah Airku, ijinkan kami berjuang melawan penghancuran bangsa dan perusakan aqidah. Kalaupun kami mati, maka kami mati karena melawan demi tegaknya Negara Republik Indonesia. Selamat berjuang para pejuang dan mujahid.!!,"Pungkasnya.

(mar/shri)